11 September 2015

Dolly Soerjosoemarno, Dulu Cari Uang Sendiri, Pas Juara Puas Sekali


[Majalah Bridge Indonesia] - Bridge tak hanya sekedar olahraga. Permainan kartu ini juga merupakan alat yang tepat untuk terus mengasah otak dan pikiran. Hal itu sangat disadari oleh atlet bridge nasional Dolly Soerjosoemarno. Ia mengaku otaknya terus terasah karena dituntut untuk terus berpikir dan mengatur strategi ketika bermain.

Oma Dolly, sapaan akrabnya, saat ini bahkan tercatat sebagai atlet bridge tertua di Indonesia yang masih aktif bermain. Pada tahun ini, ia tepat menginjak usia 90 tahun. Tentu bukan usia muda untuk ukuran seorang atlet. Namun, kecintaannya terhadap bridge mengalahkan segalanya. Ia tak pernah merasa terlalu tua untuk bermain bridge. Dua kali sepekan, ibunda dari tokoh utama Ormas Pemuda Pancasila Yapto S. Soerjosoemarno ini, masih bermain bridge bersama Klub IBWI di Bridge Centre Bulungan, Jakarta Selatan.

Malang melintang di dunia bridge sejak puluhan tahun lalu membuat Oma Dolly kenyang akan pengalaman. Gelar demi gelar telah ia rasakan. Akan tetapi, semua itu diraih dengan jerih payah dan tetesan keringat. Ia bahkan harus rela merogoh kocek sendiri untuk bisa mengikuti turnamen.

Oma Dolly pun menceritakan awal mula berkenalan dengan bridge hingga menjadi atlet profesional. Tak lupa, ia memberikan pandangan terhadap perkembangan bridge saat ini sekaligus penitipkan pesan kepada jajaran pengurus PB GABSI. Berikut petikan wawancaranya.



Sejak Kapan Anda Mengenal Olahraga Bridge?
Saya awal kenal dengan olahraga bridge sekitar tahun 1960-an. Waktu itu saya pergi ke Belanda dengan kapal laut dan ada tentara yang main bridge. Mulai saat itu saya tertarik dan belajar cara mainnya sedikit demi sedikit. Tapi saya tidak serius.

Kemudian, pada tahun 1963, anak saya meninggal dunia. Setahun kemudian, saya pindah ke Medan waktu usia saya 35 tahun. Saya sempat minta ijin ke suami untuk main bridge. Awalnya saya bilang hanya untuk hiburan tapi lama-kelamaan saya jadi serius memperlajari bridge. Kebetulan saya juga dapat partner yaitu Ibu Dora Sigar (istri dari Sumitro Djojohadikusumo).

Selama Bermain Bridge, Pengalaman Apa Yang Paling Berkesan?
Saya senang karena saya masih bisa dapat gelar waktu umur saya 80 tahun. Waktu itu di kejuaraan Maesa Paskah tahun 2005 dan saya juara kedua nomor pasangan. Tapi, memang sejak saat itu saya tidak lagi serius untuk ikut kejuaraan. Saya sekarang hanya berlatih dua kali seminggu di Bulungan bersama teman-teman lainnya.

Ada pengalaman lain yang sebenarnya lebih berkesan. Waktu itu saya ikut Seleknas (Seleksi Nasional) dan saya terpilih. Tapi, waktu itu tidak ada dana untuk berangkat ke turnamen. Akhirnya, saya dengan teman-teman cari duit sendiri untuk bisa berangkat. Karena kalau wanita kan tidak begitu dianggap waktu itu. Jadi, kita cari biaya sendiri.


Apa Sebenarnya Manfaat Terbesar Dari Bermain Bridge Yang Anda Rasakan?
Otak masih terus bekerja, itu nomor satu. Tapi, sekarang saya sudah santai. Partner saya juga sudah mulai sakit. Jadi saya tidak ikut turnamen lagi. Hanya setiap Selasa dan Kamis saya bermain bridge dan satu kali sebulan arisan sekaligus main bridge. Selain bridge, saya juga suka main game di Ipad dan isi teka-teki silang. Yang penting otak terus terasah.

Bagaimana Anda Melihat Perkembangan Bridge Saat Ini?
Sekarang lebih bagus. Sudah banyak wadahnya (turnamen) dan banyak yang sponsor. Kalau dulu harus cari uang sendiri. Tapi, memang dulu lebih memuaskan kalau kita berhasil. Karena cari uang sendiri. Jadi, kalau juara kita puas sekali.

Apa Pesan Untuk PB GABSI?
Saya berharap kepengurusan saat ini bisa terus sukses. Jangan pernah lelah untuk membangun tim nasional yang kuat. Saya lihat yang Senior sudah bagus. Mereka mampu bersaing dengan tim-tim kuat dari negara lain. Tapi, tim wanita masih kurang. Sebenarnya sempat membaik tapi turun lagi. Mudah-mudahan mereka bisa kembali berjaya seperti dulu lagi.